“Dan sesungguhnya pada bintang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu,” (QS. An-Nahl: 66).
“KETIKA Allah menciptakan semut, sebagian besar kita tidak pernah berpikir, apalagi merenungkan, bahwa pada semut terdapat aneka pelajaran yang bisa kita petik.
Tapi, apakah bisa kita menyadarinya? Apakah kita mau mengais manfaat dan pelajaran dari binatang kecil yang mengagumkan itu?” Itulah satu pertanyaan menggugah.
Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman Al-‘Umar dalam karyanya yang berjudul An-Namlah (Berguru Kepada Semut) untuk menggelitik kita agar mau merenungkan keajaiban dan karakter semut, yang tidak saja menakjubkan tapi juga dapat diteladani.
Menurut hasil penelitian para ahli biologi, semut adalah binatang yang sabar, tabah, jujur, tidak egois, suka nenolong, rela berkorban, tertib, tidak membuat kekacauan, tidak suka menganiaya antar sesama, kompak, cinta kebersihan, pantang menyerah, dan rajin bertasbih kepada Allah Swt.
Di antara karakter semut adalah sabar dan tabah. Sebenarnya, kesabaran dan ketabahan semut termasuk sesuatu yang langka sekaligus menakjubkan.
Semut-semut tidak pernah mengeluh ketika membangun sarangnya. Sungguh kesabaran dan ketabahan mereka sangat menakjubkan.
Renungkanlah kehidupan semut ketika ia hendak mendaki di sebuah dinding; apa yang ia lakukan?
Terkadang, dinding yang dinaikinya licin, sehingga begitu ia menaikinya, dengan mudah ia terjatuh.
Apakah ketika jatuh pada saat berusaha menaiki dinding yang licin, ia lansung pergi dan menyerah?
Tidak! Ia terus mencoba menaiki dinding tersebut dan terjatuh lagi, ia jatuh-bangun agar bisa berhasil menaiki dinding licin itu.
Jika ia gagal naik dari dinding sebelah sini, ia mencoba naik dari dinding sebelah sana, hingga–kadang-kadang ia mencobanya lebih dari sepuluh kali sampai dia berhasil menaiki dinding tersebut.
Salah seorang di antara kita misalnya ada yang memulai sebuah proyek, sebuah pekerjaan, atau menuntut ilmu.
Jika usahanya gagal, dia mengulanginya lagi, ada yang mengulangi sekali lagi, ada yang mengulangi hingga tiga kali.
Jika setelah mencoba tiga kali, belum berhasil juga, dia memutuskan untuk tidak nengulanginya lagi.
Ketika salah seorang di antara kita gagal dalam sebuah proyek atau yang sejenisnya, maksimal dia mencobanya sebanyak tiga kali.
Berbeda dengan semut, ia tidak akan menyerah sebelum apa yang ia kakukan berhasil. Sunggguh menakjubkan!
Pàra sejarahwan menceritakan sebuah kisah nyata, bahwa Timurlang, seorang komandan perang yang sangat populer, memasuki sebuah medan pertempuran.
Ketika Timurlang beserta bala tentaranya memasuki kanca peperangan dan melakukan pertempuran, ternyata mereka ditaklukkan dengan mudah oleh pasukan musuh, sehingga pasukan Timurlang bercerai berai.
Muka Timurlang menyiratkan kesedihan yang luar biasa atas peristiwa yang mengenaskan ini. Dia sangat sedih dan kecewa atas kekalahan ini.
Lalu, ke mana Timurlang pergi? Apakah dia pulang ke negaranya? Ataukah dia pulàng ke kerajaanya? Tidak. Dia memilih pergi ke sebuah gunung; mendekam dalam gua.
Di gua itu, dia duduk berpikir merenugkan nasib yang nenimpa dirinya dan bala tentaranya yang saat ini sudah bercerai berai; sebagian mereka pulang ke negerinya.
Pada saat Timurlang tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba dia melihat seekor semut yang hendak menaiki batu besar yang ada di gunung tersebut.
Batu yang ingin ia naiki licin, sehingga ia merasa kesulitan untuk menaikinya. Setiap kali ia mencoba menaikinya, setiap kali itu pula ia terjatuh. Apa yang dilakukan semut itu menarik perhatian Timurlang.
Kini, Timurlang tidak lagi merenungkan kekalahannya, tapi ia lebih tertarik memperhatikan semut yang jatuh-bangun berusaha menaiki batu besar.
Timurlang memperhatikan semut yang ada di hadapannya, yang pantang menyerah menaiki batu besar, meski sudah belasan kali semut tersebut terjatuh.
Bahkan, sejak Timurlang memperhatikan semut yang hendak menaiki batu besar itu, semut itu baru berhasil menaiki bedar itu setelah ia terjatuh sebanyak tujuh belas kali.
Seketika, Tirmurlang berkata, “Demi Allah, peristiwa ini menakjubkan; seekor semut mengulangi upayanya (untuk menaiki batu besar) hampir dua puluh kali, sementara saya dan bala tentara saya sudah menyerah, padahal baru mencoba satu kali. Alangkah lemahnya kami, dan betapa hinanya kami,”
Saat itu juga, Tirmulang keluar dari gua, dan dia bertekad untuk kembali mengumpulkan sisa-sisa bala tentaranya, guna kembali memasuki medan pertempuran, dengan membawa tekad tidak akan menyerah selama masih ada tentara yang masih hidup (baca: sampai titik darah penghabisan).
Sementara itu, kegigihan seekor semut yang dia lihat di dalam gua selalu membayanginya. Tirmulang mengumpulkan bala tentaranya. Setelah merasa siap, mereka sepakat untuk kembali memasuki medan pertempuran, dan mereka berikrar untuk tidak menyerah hingga titik darah penghabisan.
Dengan modal niat dan tekad tersebut mereka memasuki medan peperangan. Kali ini, mereka berhasil memenangkan pertempuran. Maka jika kita merasa lemah dan dihantui rasa malas, ingatlah semut! Ingatlah kegigihan semut dalam berusaha! Ingatlah tekad semut!. Semoga kita meraih sukses dunia akhirat. Amiin ya rabbal alamiin. Wallahu a’lam bish showab.
Referensi: Berguru Kepada Semut, Prof. Dr. Nashir bin Sulaiman Al-‘Umar, At-Tibyan.