Oleh : Rizky Riyadi Pamungkas, Mahasiswa Pascasarjana, Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
GONTB – Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan fenomena yang merusak kehidupan keluarga, baik secara fisik, emosional, maupun psikologis. Sebagai masalah sosial yang serius, KDRT seringkali diakibatkan oleh dinamika hubungan yang tidak sehat antara anggota keluarga. Oleh karena itu, pencegahan KDRT harus menjadi prioritas dalam menjaga keharmonisan keluarga.
Salah satu pendekatan yang efektif adalah penguatan ketahanan keluarga. Dengan memperkuat ketahanan keluarga, akan dapat mengurangi risiko terjadinya kekerasan di rumah tangga dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi semua anggotanya. Pendekatan ini dapat dilihat dari perspektif psikologi dan nilai-nilai ajaran Islam.
Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Psikologi
Dalam psikologi, ketahanan keluarga didefinisikan sebagai kemampuan keluarga untuk bertahan dan beradaptasi dengan baik di tengah berbagai tantangan dan tekanan yang dihadapi. Keluarga yang memiliki ketahanan yang baik mampu mengelola konflik dengan bijaksana, menjaga komunikasi yang terbuka, dan membangun dukungan emosional yang kuat di antara anggotanya.
Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki daya tahan tinggi lebih mampu mengatasi stres dan tekanan yang mungkin memicu terjadinya kekerasan.
Ada beberapa faktor penting dalam ketahanan keluarga dari sudut pandang psikologi:
- Komunikasi Efektif: Komunikasi yang baik antara suami, istri, dan anak-anak adalah kunci dalam mencegah konflik yang bisa berkembang menjadi kekerasan. Keluarga yang mampu berbicara secara terbuka tentang masalah yang mereka hadapi cenderung lebih kuat dalam menyelesaikan konflik secara damai.
- Pengelolaan Emosi: Kemampuan mengelola emosi, seperti kemarahan dan frustrasi, sangat penting dalam mencegah terjadinya KDRT. Anggota keluarga yang mampu mengendalikan emosi dan mengekspresikannya secara sehat lebih kecil kemungkinannya untuk melakukan kekerasan.
- Keterlibatan Sosial: Keluarga yang memiliki keterhubungan sosial yang baik, baik dengan kerabat maupun masyarakat sekitar, memiliki sumber dukungan eksternal yang kuat. Dukungan sosial ini membantu mereka dalam mengatasi masalah dan memperkuat ketahanan keluarga.
Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Islam
Islam sangat menekankan pentingnya membangun keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang. Al-Qur’an dan hadis memberikan pedoman yang jelas tentang bagaimana menciptakan keluarga yang damai, serta bagaimana menangani konflik dengan cara yang baik dan beradab.
Beberapa konsep utama dalam Islam yang mendukung penguatan ketahanan keluarga adalah sebagai berikut:
- Prinsip Mawaddah dan Rahmah: Dalam Al-Qur’an, hubungan suami istri digambarkan sebagai hubungan yang penuh cinta (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) (QS. Ar-Rum: 21). Cinta dan kasih sayang ini merupakan fondasi utama yang harus ada dalam rumah tangga agar tercipta kedamaian dan keharmonisan. Dengan menanamkan prinsip mawaddah dan rahmah, risiko terjadinya KDRT dapat ditekan.
- Musyawarah dalam Keluarga: Islam menganjurkan musyawarah sebagai metode dalam mengambil keputusan, termasuk dalam lingkungan keluarga. Musyawarah melibatkan semua anggota keluarga untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah secara bersama-sama, dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak. Hal ini mencegah terjadinya dominasi yang dapat memicu konflik atau kekerasan dalam rumah tangga.
- Kesabaran dan Akhlak Mulia: Islam mengajarkan kesabaran dan akhlak mulia sebagai ciri utama seorang Muslim. Dalam kehidupan berumah tangga, suami dan istri dituntut untuk saling bersabar dan berakhlak baik, terutama dalam menghadapi perbedaan pendapat atau kesulitan. Dengan menanamkan kesabaran dalam diri, konflik dalam rumah tangga dapat dihadapi dengan cara yang lebih baik, tanpa harus melibatkan kekerasan.
Sinergi Psikologi dan Islam dalam Penguatan Ketahanan Keluarga
Pendekatan psikologi dan Islam sebenarnya memiliki kesamaan dalam hal penguatan ketahanan keluarga. Keduanya menekankan pentingnya komunikasi yang sehat, pengelolaan emosi, serta dukungan sosial dan spiritual sebagai fondasi utama ketahanan keluarga. Dengan menggabungkan pendekatan psikologis dan ajaran Islam, keluarga Muslim dapat lebih siap menghadapi tantangan hidup dan terhindar dari risiko KDRT.
Sebagai contoh, keluarga yang rutin melaksanakan ibadah bersama, seperti shalat berjamaah atau membaca Al-Qur’an, dapat membangun ikatan spiritual yang kuat, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan keluarga secara keseluruhan. Di sisi lain, komunikasi yang terbuka dan pengelolaan emosi yang baik dalam perspektif psikologi juga sangat diperlukan untuk menjaga keharmonisan hubungan keluarga.
Kekerasan dalam rumah tangga adalah masalah serius yang dapat menghancurkan fondasi keluarga. Pencegahan KDRT melalui penguatan ketahanan keluarga merupakan solusi yang efektif dan bisa diterapkan oleh setiap keluarga, terutama keluarga Muslim.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip psikologi dan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, keluarga dapat membangun ketahanan yang kuat dan mencegah terjadinya KDRT.
Membangun keluarga yang harmonis adalah tanggung jawab bersama, dan pencegahan KDRT adalah bagian dari upaya untuk menjaga kedamaian dan kebahagiaan dalam rumah tangga. (red).