GONTB.COM – Forum Mahasiswa Pengkaji Konstitusi (Formasi) Fakultas Hukum, Ilmu Sosial, dan Ilmu Politik (FHISIP) Universitas Mataram kembali menunjukkan perannya sebagai motor kegiatan akademik hukum tingkat nasional melalui ajang Formasi Law Fair 2025, sebuah perhelatan bergengsi yang mempertemukan mahasiswa hukum dari berbagai universitas terbaik di Indonesia.
Selama Oktober 2025, kegiatan ini menjadi panggung pertukaran gagasan dan adu intelektualitas di kalangan generasi muda hukum, sekaligus wadah kolaborasi yang memadukan semangat akademik, budaya, dan inovasi berpikir.
Formasi Law Fair 2025 menggelar dua kompetisi utama, yakni Debat Hukum Nasional dan Lomba Esai Hukum Nasional. Melalui dua arena ini, mahasiswa diharapkan mampu menajamkan daya analisis, nalar kritis, serta keterampilan menyusun argumen hukum yang rasional dan kontekstual di tengah perubahan sosial dan hukum yang cepat.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Ketegangan di Arena Debat
Kompetisi debat berlangsung melalui tiga tahap, mulai dari babak penyisihan (4–5 Oktober), semifinal (23 Oktober), hingga grand final (24 Oktober 2025).
Sebanyak 16 tim dari berbagai perguruan tinggi terlibat dalam persaingan ketat yang akhirnya menobatkan tim Hans Kelsen dari Universitas Indonesia sebagai juara pertama. Posisi kedua diraih oleh Karl Marx dari Universitas Brawijaya, dan Cicero dari Universitas Mulawarman menempati posisi ketiga.
Adapun Bertrand Russel dari Universitas Muhammadiyah Malang meraih predikat harapan.
Panitia menegaskan bahwa debat ini bukan sekadar pertunjukan retorika, melainkan ajang pengujian logika hukum yang didukung data dan argumentasi yang solid.
Esai Nasional: Wadah Pemikiran Hukum Kritis
Lomba Esai Hukum Nasional juga menyita perhatian besar. Seleksi awal dilaksanakan secara daring pada 24 September–5 Oktober 2025 dan berlanjut ke babak final di kampus Unram pada 23 Oktober. Dari 11 peserta terbaik, lima finalis berkesempatan mempresentasikan esainya yang bertema hukum dan keadilan sosial di depan dewan juri.
Juara pertama diraih Cut Nyak Dhien (UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung), disusul Soekarno (Universitas Islam Indonesia) sebagai juara dua, dan Pangeran Diponegoro (Universitas Muhammadiyah Malang) di posisi tiga. Sedangkan Ki Hadjar Dewantara (Universitas Airlangga) dan Pattimura (Universitas Budi Luhur) menempati posisi Harapan I dan II.
Penilaian didasarkan pada kekuatan ide, orisinalitas, kemampuan presentasi, serta relevansi terhadap isu hukum aktual.
Seminar Nasional Bersama Hakim Mahkamah Konstitusi
Puncak kegiatan pada 23 Oktober 2025 diwarnai Seminar Nasional menghadirkan Prof. Dr. Guntur Hamzah, S.H., M.H., Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia.

Dalam sesi tersebut, Prof. Guntur menekankan bahwa konstitusi tidak boleh dimaknai sebatas teks hukum, tetapi sebagai panduan moral dan etika bernegara. Ia mengajak mahasiswa menjadi penegak hukum yang menjunjung keadilan substantif dan menjauhi praktik hukum yang kaku serta elitis.
Kombinasi Akademik, Budaya, dan Wisata Hukum
Kegiatan Formasi Law Fair 2025 juga diperkaya dengan field trip edukatif ke sejumlah destinasi budaya di Pulau Lombok pada 25 Oktober 2025.
Peserta mengunjungi Mandalika, Desa Sade, Sasakku, dan Pantai Merese.
Agenda ini tidak semata wisata, melainkan bagian dari pembelajaran lapangan untuk memahami hukum adat dan nilai sosial-budaya masyarakat setempat—mewujudkan pendekatan pembelajaran hukum yang kontekstual dan humanis.

Capaian dan Harapan Akademik
Ketua Panitia I Made Gian Paundra Wijaya menjelaskan bahwa Formasi Law Fair 2025 bukan hanya kompetisi bergengsi, tetapi juga sarana mempererat jejaring akademik antaruniversitas di Indonesia.
“Secara keseluruhan, Formasi Law Fair 2025 berhasil menciptakan ruang dialektika hukum yang ilmiah, progresif, dan inspiratif, sekaligus memperkuat posisi Universitas Mataram sebagai salah satu pusat kegiatan akademik hukum tingkat nasional,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas intelektual dan daya kritis mahasiswa hukum, menyediakan ruang ilmiah bagi gagasan mahasiswa melalui debat dan esai, mengintegrasikan nilai akademik, budaya, dan wisata edukatifdan mengokohkan jejaring nasional antar komunitas mahasiswa hukum se-Indonesia.
Menumbuhkan Generasi Hukum yang Berdaya Saing
Dengan pelaksanaan yang tertata dan profesional, Formasi Law Fair 2025 menjadi simbol bangkitnya generasi akademisi hukum yang adaptif, cerdas, dan berwawasan kebangsaan.
Dari adu argumen di podium debat hingga gagasan visioner dalam esai, seluruh rangkaian acara memperlihatkan bahwa mahasiswa hukum kini siap berperan sebagai agen perubahan dalam sistem hukum nasional.
Universitas Mataram pun meneguhkan posisinya bukan sekadar tuan rumah, tetapi juga pusat dialog hukum nasional yang terbuka, inklusif, dan berpijak pada nilai keilmuan serta kearifan lokal. ***
Penulis : Redaksi GONTB
Editor : Redaksi GONTB
Sumber Berita: Liputan GONTB











