Budaya Mudik Dan Idul Fitri

oleh -19 Dilihat
oleh
Penggagas berdirinya Organisasi Islam Terbesar ke 3 Indonesia wilayah NTB Ust. H. Aswan nasution.
Banner IDwebhost

GONTB – BUDAYA mudik ini adalah berkaitan dengan dorongan alamiah atau fitri manusia, yakni mereka ingin kembali kepada hal-hal yang berdemensi asal, seperti ingin kembali kepada orang-orang yang paling dekat atau ibu-bapak dan saudara.

Dorongan dan kerinduan yang bersifat natural atau fitri itu juga merupakan dorongan yang mengajak orang kembali kepada asalnya, yakni kesucian, ingin meminta maaf kepada mereka.

Dari segi ajaran agama, mudik merupakan pelaksanaan perintah ajaran agama, yakni menjadikan Idul Fitri sebagai sarana atau medium bermaaf-maafan setelah menjalani tobat dan meminta maaf atau ampunan kepada Allah SWT.

Sebagai sarana meminta maaf, Idul Fitri juga merupakan ajang menjalin silaturahmi, menjalin kasih sayang yang dimulai dengan meminta maaf kepada orang tua dan sanak saudara.

Hal ini pun kemudian menjadi hal yang sangat mendasar dalam melaksanakan dan merayakan Idul Fitri. Artinya, bagi perantau, merayakan hari raya Idul Fitri tanpa mudik sepertinya non-sens, nyaris tak bermakna.

Di sisi lain, kepulangan beberapa pemudik ke daerah asal mereka juga ternyata membawa dampak ekonomi yang luar biasa, khususnya berkenaan dengan dampak pemerataan ekonomi ke daerah-daerah. Para pemudik di beberapa daerah tertentu, ketika pulang ada yang disambut oleh pemerintah daerahnya.

Bahkan ada yang dielu-elukan sebagai para pahlawan pembangunan bagi daerah mereka. Dengan begitu, tanpa disadari kegiatan perayaan Idul Fitri dengan mudiknya merupakan blessing under disguise, hal yang tampaknya tidak menguntungkan, tapi ternyata memberikan rahmat tersendiri.

Banner IDwebhost

Perayaan Idul Fitri sebenarnya merupakan kemenangan secara batiniah atau ruhani, namun kebahagiaan dan kemenangan batin itu diekspresikan dan ditampilkan dalam hal-hal yang bersifat lahiriah sebagai luapan kebahagiaan batin.

Hal itu diekspresikan seperti dalam bentuk pakaian baru, peralatan rumah baru, makanan, minuman, dan sebagainya. Yang semacam itu, tentulah sah-sah saja.

Baca Juga:  Sholat Khusyu' Itu Dapat Menembus Batas Langit

Namun sebagai orang yang beriman, tetap harus mampu mengendalikan diri dalam batas-batas kewajaran, mencegah tergelincir pada sikap-sikap yang justru dilarang oleh ajaran Islam seperti berpoya-poya atau kikir  karena hanya mementingkan diri.

Berkenaan dengan sikap merayakan hari raya Idul Fitri, syair berbahasa Arab yang sering dikutip para mubalig, patut kiranya untuk diingat kembali, yakni ” Bukanlah hari raya Idul Fitri bagi orang yang pakaian dan perabotan rumahnya serba baru, tapi hari raya Idul Fitri adalah bagi orang yang beriman dan ketaatannya bertambah.”

Setelah berhasil menjalani ibadah puasa dengan baik, orang yang beriman kemudian oleh Al-Quran dianjurkan untuk bertakbir atau mengagungkan asma Allah SWT. sebagaimana disebutkan, … Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangan dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuknya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur [QS. Al-Baqarah: 185].

Dengan anjuran takbiran tersebut, sepertinya seorang Muslim yang telah menjalankan ibadah puasa diasumsikan berada dalam kemenangan atau kesucian sehingga yang ada hanya Tuhan dan yang lain dianggap tidak berarti apa-apa. Allahu Akbar, Allah Mahabesar.

Salah satu pesan Idul Fitri adalah agar srorang Mukmin mampu bersikap polos dan lugas dalam melihat dirinya yang paling primordial, bahwa pada dasarnya manusia itu makhluk spiritual yang tidak bisa luput dari pengaruh percikan noda.

Noda-noda itu merupakan bagian dari integral dari medan perjuangan hidup ini dan dalam kaitan inilah maka latihan-latihan spritual semacam ibadah puasa dan instrospeksi diri menjadi relevan.

Perjuangan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan adalah sebuah serial panjang sepanjang umur manusia dan eksistensi agama.

Hal itu sangat ditekankan di dalam al-Qur’an, karena misi Islam untuk rahmat seluruh alam. Tegaknya nilai-nilai kemanusiaan itulah kemenangan Islam.

Baca Juga:  Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Mencintai Nabi Sepenuh Hati

Taqabbalallahu Minna Wa Minkum. Semoga Allah SWT Menerima Segala Amal Ibadah Kita dan Memberikan Keberkahan di Setiap Langkah Kehidupan Kita. Selamat Hari Raya Idul FitriĀ  1 Syawal 1446 Hijriyah. Mohon Maaf Lahir dan Batin. ***

banner 336x280
Banner IDwebhost

No More Posts Available.

No more pages to load.