Mengenal Sosok yang Tak Terkenal ?, Penggagas berdirinya Organisasi Islam Terbesar ke 3 Indonesia di NTB

by
Penggagas berdirinya Organisasi Islam Terbesar ke 3 Indonesia wilayah NTB Ust. H. Aswan nasution.
Banner IDwebhost

Kali ini GONTB mengangkat sosok yang tak terkenal seorang tokoh yang berasal dari pulau seberang Sumatera Utara (Sumut) yang sudah 30 tahun berdomisili di Pulau Lombok, dia adalah Aswan Nasution lahir pada 5 Mei 1960 di Desa Suka Maju, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara.

Ia adalah anak ke-2 dari 11 bersaudara, pasangan almarhum/ah Amir Hasan Nasution dan Asmah Rangkuti. Dulu ayahnya menjadi buruh kecil sedangkan ibunya sebagai penjahit mukena (telekung).

banner 336x280

Walaupun Aswan Nasution dilatar belakangi ekonomi sangat terbatas dan hidup bersahaja dengan ayah dan ibunya pun yang jauh dari sentuhan pendidikan, namun Aswan Nasution mulai membuktikan di ruang lingkup tetangga, masyarakat, bahwa dirinya bertekad bisa kuliah dan sarjana di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan. Alumni tahun 1983 di Fakultas Syari’ah.

Masa kecilnya suami dari Kurniawati ini dihabiskan di kampung halaman, sejak memasuki masa pendidikan tingkat Ibtidaiyah Al-Washliyah (Lab.Ruku), MTs Al-Washliyah (Lab.Ruku), Talawi. Kemudian menginjak pada tingkat Aliyah merantau ke Kota Medan guna melanjutkan studinya di Madrasah Al-Qismula’li Al-Washliyah, Jl. Ismailiyah- Medan. Lulus tahun 1979, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Medan. (Lulus 1983).

Mengawali Kiprah dalam Berorganisasi

Sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, Aswan Nasution sudah terlihat bakat-bakat organisasinya ketika terpilih sebagai Duta Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) tahun 1973 di Kabupaten Asahan.

Seterusnya Aswan Nasution berkiprah di organisasi-organisasi Islam diantaranya sebagai Wakil ketua Ikatan Pemuda Mahasiswa Batu Bara (IPMBB) 1980-Kota Medan. Hingga kemudian menerima amanah sebagai relawan Da’i utusan PB. Al-Washliyah ke Sumedang, Bandung, Jawa Barat, pada tahun 1983.

Karena memiliki kepribadian baik dan berwawasan di organisasi, dirinya mendapat kepercayaan menjadi Pengurus PW. Al-Wasjliyah Provinsi Jawa Barat di Bandung tahun 1984. Bahkan tahun 1987-1993 aktif di Sekretariat Dewan Fatwa dan Pertimbangan Al-Washliyah di Kota Medan. Juga Aswan Nasution adalah salah seorang penggagas berdirinya organisasi Islam Al-Washliyah terbesar ke 3 di Indonesia ini di Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 1996.

Baca Juga:  Sejarah Al Washliyah, Tidak Pernah Berkhianat Kepada Republik Indonesia

Hijrah ke Pulau Lombok, Pulau Seribu Masjid

Karena situasi dan kondisi ketika itu,  kemudian Aswan Nasution hijrah ke Pulau Lombok yang lebih populer lagi disebut dengan pulau seribu Masjid, bersama saudaranya Dr. H. Asren Nasution, MA, ketika itu sebagai Kabintal Rem 162/WB, pada tahun 1993. di pulau ini Aswan memulai kembali aktivitasnya yang pernah kuliah di Institut Agama Islam (IAIN) Mataram (ketika itu) dan selesai tahun 1996.

Bekerja Sebagai Abdi Negara

Tidak sampai disitu Aswan Nasution, bekerja menjadi abdi negara sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan Kementerian Agama Republik Indonsia (RI)- Kota Mataram-Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). tahun 1998 dan mengantongi purna bakti pada tahun 2020.

Kemudian Aswan Nasution pernah sebagai staf/karyawan Kantor Kemenag Kabupaten Lombok Barat, Kantor KUA Gerung, Kantor KUA Kediri (Lombok Barat) Kepala Kantor KUA Ampenan, Kepala Kantor KUA Mataram, Kepala Kantor Cakranegara, dan menjadi Pengawas Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama Kota Mataram.

Disamping menjadi abdi, negara Aswan Nasution juga cukup bijak dalam mengatur waktunya untuk berkiprah sebagai panggilan bakat dan jiwa organisasinya, sejak keberadaanya di Nusa Tenggara Barat Aswan tercatat aktif bergelut dalam berbagai organisasi Islam diantaranya sebagai salah satu penggagas berdirinya Al Washliyah organisasi Islam terbesar ke-3 di Indonesia, untuk wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB). Kemudian menjadi Sekretaris Umum Pengurus PW Al- Washliyah NTB (1996-2000), Pengurus ICMI Orsat Lombok Barat (1997-2001), Pengurus BKPRMI-NTB (1997-2000), Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) NTB (2001-2005), Pengurus FKSMT Kota Mataram (2004-2007), Pengurus Alumni Resimen Mahasiswa (MENWA) NTB (1926-2009), Pengurus MUI-NTB, Komisi Dakwah (2015-2020). Pengurus Yayasan Al Qur’an Centere Al-Fakhru Sandik Lombok Barat-NTB. (2021-sekarang)

Baca Juga:  Nami, Pelukis Menteri Pariwisata Sandiaga Salahudin Uno, Ini kisahnya

Selanjut Aswan Nasution, aktif berdakwah di berbagai lingkungan instansi pemerintah maupun swasta serta dibeberapa majelis-majelis taklim disekitar kota Mataram dan Lombok Barat. Dan juga pernah aktif sebagai pengajar/dosen luar biasa pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dibeberapa Perguruan Tinggi, diantaranya STMIK-Bumi Gora-Mataram (1997-2000) Akedemi Bahasa Asing (ABA) Bumi Gora-Mataram (1987-2000) dan Lembaga Pendidikan Bimantara (BEC) Mataram (2008-2011).

Ketika GONTB, bersilaturrahmi dan berkunjung di kediaman Ust. Aswan Nasution, Jln. Biduri Gg. Sejahtera No.1 Desa Sandik Kecamatan Batulayar, Kabupaten Lombok Barat, ada  pandangan yang menarik terlihat adalah perpustakaan pribadinya cukup lengkap, rupanya sejak masa pelajar Aswan Nasution hobinya membaca buku-buku, hingga Aswan sangat rajin membeli dan mengumpulkan berbagai buku-buku yang terkait dengan agama, politik, hukum, sejarah, budaya, biografi, dan lainnnya, hingga tercatat dalam perpustakaan pribadi hampir mencapai ribuan judul, hingga Aswan mengatakan bahwa ia membeli buku-buku tersebut menyisakan sebagian kecil dari gajinya sendiri.

Aswan mengatakan, bahwa buku-buku bacaannya yang menjadi pavoritnya diantaranya adalah Buya Hamka (Tafsir Al-Azhar, Tasauf Moderen, Dari Hati Ke Hati, dll) Ibnul Qayyim Al-Jauziah (Taman Orang Jatuh Cinta, Tamasya Orang Yang Terbakar Cinta) Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al-Ghazali, dan Dr. ‘Aidh Abdullah Al-Qarny (La Tahzan, dan Senandung Cinta), Dr. Yusuf Al-Qardahawi (Ibadah dalam Islam) dan lain sebagainya. 

Bukanlah seorang sosok politikus praktis, dan bukan berarti buta politik, tetapi Aswan paham tentang perpolitikan yang sedang terjadi, jika bicara dan berdiskusi tentang politik sangat menarik berjam-jam, kita bisa terkesima dan hanyut bersama pemikirannya, kalau orang yang berilmu sama orang berilmu berbicara namanya berdiskusi atau bermuzakarah, ketika sesama orang-orang yang tanpa ilmu berbicara namanya bedebat, bahkan bukan berdebat, tapi bertengkar, yang membuahkan  perselisihan dan permusuhan. Maka dalam pandangan agama kita dilarang berdebat walaupun kita dipihak yang benar, ungkap Aswan Nasution, yang juga sebagai penulis aktif dalam kolom religi / agama Islam di media online GONTB.

Baca Juga:  Penumpang Setia, Nenek 65 Tahun di Lombok Selalu Naik Bus DAMRI

Akhirnya tim GONTB mohon pamit bersama Aswan Nasution yang saat ini menikmati masa purna baktinya semoga tetap sehat dan sukses selalu terus beraktifitas dan berkiprah untuk umat. (red)

banner 336x280

No More Posts Available.

No more pages to load.