GONTB – Al Jam’iyatul Washliyah [Al Washliyah] banyak melahirkan para ulama dan tokoh nasional diantaranya adalah H. Bahrum Jamil, sebuah nama yang tak asing lagi dikalangan warga Al Washliyah, dan masyarakat di Sumatera Utara khususnya dan Indonesia umumnya bahkan luar negeri.
H.Bahrum Jamil, adalah merupakan seorang tokoh Al Washliyah sebagai generasi penerus perjuangan Allahyarham H. Abdurrahman Syihab, Haji M. Arsyad Thalib Lubis dan lainnya, pernah menjabat sebagai ketua Umum PB. Al Washliyah pada tahun: 1973-1978 dan 1978-1986, juga sebagai Ketua Dewan Fatwa, Penasihat dan Pertimbangan Al Washliyah [1986-1992]
Pada masanya Tokoh Al Washliyah ini dikenal sebagai tokoh idealis dan muballigh yang handal, yang tak mengenal lelah, suaranya tegar yang menjadi ciri khasnya dimana ketika ia bicara di atas podium. Dan telah berhasil mengkader generasi penerus Al Washliyah. Namun beliau telah tiada, tetapi jasa dan perjuangannya tak akan terlupakan sepanjang usia dunia.
Sosok Pemimpin Rendah Hati dan Sederhana
Sepuluh tahun bersama Ayahanda H. Bahrum Jamil. Beliau adalah sosok pemimpin rendah hati, sederhana, dan bersahaja, tokoh yang pernah dimilki Al Washliyah ini, cukup besar jasa-jasanya, karena dari beliaulah banyak penulis menimba ilmu dan pengalaman yang sangat berharga didapat, baik tentang ilmu berorganisasi, kepemimpinan maupun berpolitik, dan lainnya, bahkan beliau telah menganggap penulis seperti anggota keluarga atau anak sendiri. Bahkan selalu mengajak makan bersama dengan makanan favoritnya sayur asem ikan di kediamannya Jl. Teladan No.35 Medan.
Selama penulis aktif medampingi beliau sebagai ketua Dewan Fatwa Al Washliyah, berkantor di Jl. SM. Raja-Medan. Jika berkunjung kepada pegurus Al Washliyah keluar daerah dimana saja, dia lebih senang bermalam [menginap] di rumah kediaman pengurus Al Washliyah tersebut, dasarnya banyak waktu untuk silaturrahmi, berbincang-bincang tentang perkembangan Al Washliyah di daerah. Juga pernah penulis tidur satu kasur bersama beliau karena situasi kondisi, hal ini merupakan suatu kenangan indah yang tak terlupakan sepanjang hayat.
Kedekatan Bersama Bahrum Jamil
Berawal mulanya pada tahun 1983, penulis diberikan amanah oleh H.Bahrum Jamil, Ketua Umum PB. Al Washliyah [1973-1978]-[1978-1986] sebagai relawan da’i dan membawa misi Al Washliyah dibidang Pendidikan, Dakwah dan Amal Sosial. Di Kota Tahu, Sumedang-Jawa Barat [1983-1887] dan berlanjut aktif, mengabdi di Dewan Fatwa, Penasihat dan Pertimbangan Al Washliyah Periode: [1986-1992].
Melihat Al Washliyah Daerah Jawa Barat Dari Dekat.
Ketika H. Bahrum Jamil, berkunjung ke Jawa Barat mengungkapkan:” Saya datang ke sini rindu melihat buah hati keempat cucu, putra anakda Emi Suhaimi, yang bertugas di Puskesmas, Paseh, Sumedang. Tak jauh dari sana terletak kampung kelahiran Bapak Umar Wirahadikusumah sebagai Wakil Persiden RI”.[1983-1988]
Namun beliau sebagai Ketua Umum PB. Al Washliyah yang rindu kepada perkembangan Al Washliyah di tanah air, [Bandung-Jawa Barat], menyempatkan melihat dari dekat perkembangan Al Washliyah. Dalam kunjungannya ke daerah yang didampingi penulis, ketika itu sebagai Ketua PW. Al Washliyah Jawa Barat, Drs. H. M. Saleh Tanjung, dan bersilaturrahmi kepada sesepuh Muslimat Al Washliyah Ibu Hj. Fatimah dan juga tokoh-tokoh Al Washliyah lainnya.
Kisah Berkunjung ke Pesantren Abah Anom Ulama Kharismatik Jawa Barat
Tatkala berkunjung ke-kediaman KH. Abah Anom Ulama Kharismatik Pimpinan Pondok Pesantren Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Ada hal yang menarik. Di awal pertemuan tersebut terlebih dahulu meminta izin; “Pak Kiai, saya Ketua Umum PB. Al Washliyah datang jauh-jauh dari Medan, didampingi ananda Aswan Nasution da’i muda yang sedang bertugas mengembangkan Al Washliyah di Sumedang- Jawa Barat ini. Saya tidak membawa sesuatu untuk Pak Kiai, namun saya sejenak hendak membacakan ayat suci Al Qur’an surat Ash-Saaf ayat : 10-11”. Tafadhol … dengan tawadhu dan senang hati ungkap Pak Kiai.
Nampak diwajah karomahnya Pak Kiai kagum, menyimak dan menikmati suara merdunya ketika melantunkan ayat-ayat yang dibaca beliau. Pak Kiai! ayat ini adalah merupakan sebagai landasan bagi para pejuang, pendiri dan ulama Al Washliyah untuk melaksanakan misi di bidang pendidikan, dakwah dan amal sosial, lahir pada 9 Rajab 1349H/30 Nopember 1930 di-Kota Medan.
Dimasa Sebagai Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah.
Dimana, H. Bahrum Jamil, sebagai Ketua Dewan Fatwa Al Washliyah beserta para angggota yang terdiri dari Ulama, tokoh dan cendekiawan Al Washliyah, dapat bersidang sesuai dengan tugas dan fungsinya dari tanggal 29 September 1988 hingga 3 Oktober 1988, di-Gedung Wisma DPR-RI-Cikopo, Jawa Barat. Menghasilkan delapan Fatwa diantaranya adalah tentang:
- Hukum Kawin Antara Muslim dan Bukan Muslim.
- Pemindahan Mani dari Isteri Yang Subur Kepada Isteri Yang Mandul.
- Faraidh dan Reaktualisasi Ajaran Islam.
- Haji Akbar.
- Anak Angkat [ADOPSI] Menurut Hukum Islam.
- Penyembuhan Penyakit Dengan Ayat-Ayat Suci Al Qur’an.
- Jilbab.
- Melaksanakan Ibadah Haji Dengan Dana Yang Tidak Halal.
Keabsahan delapan hasil sidang Dewan Fatwa, Penasihat dan Pertimbangan Al Washliyah ini di tanda tangani sebagai Ketua oleh H. Bahrum Jamil, SH. dan sebagai Sekretaris Drs. H.M. Harun Amin. Di Cokopo: 20 Shafar 1409 H/02 Oktober 1988 M. Selanjutnya di cetak dan disosialisakan di dua Provinsi yaitu:
- Provinsi Sumatera Utara dan
- Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Perjalanan Safari Dewan Fatwa Ke Nangguru Aceh Darussalam
Dalam kunjungan silaturrahim Dewan Fatwa, Penasihat dan Pertimbangan Al Washliyah ke Nanggru Aceh Darussalam tahun1991 di terima oleh H.M Kaoisyah sebagai anggota Dewan Fatwa di Banda Aceh, dalam kesempatan itu dapat berkunjung ke Madrasah-Madrasah Al Washliyah di Provinsi Aceh, Lhoksemawe, Tamiang, Langsa, dan berkesempatan mengunjungi situs sejarah mulanya masuknya Islam di Aceh yaitu, “Peureulak merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di Kabupaten Aceh Timur, lebih dikenal dengan sejarahnya yang gemilang di Dunina Islam Asia Tenggara yakni Bandar Khalifah yang merupakan kerajaan Islam pertama Asia Tenggara pada tahun 225 H. dengan Raja pertamanya Sayyed Maulana Abdul Aziz Syah”. [Dikutif dari Wikipedia].
Seiiring dengan perjalanan waktu usianya semakin lanjut, tubuh semakin melemah ia mengalami sakit beberapa tahun diakhir hayatnya. Tokoh Idealis Al Washliyah ini wafat pada 3 Ramadhan 1415H./3 Pebruari 1995 di Medan. Dimakamkan pada Pemakaman Mandailing-Sei. Mati-Medan. Semoga segala jasa-jasa baiknya dan amalnya dibalasi Allah SWT dengan imbalan yang berlipat ganda. Amiin.
Hiduplah Al Washliyah, Zaman Berzaman.
Nashrum minalahi wa fathun qariib wa bayssyiril mu’minin.